Kamis, 19 Februari 2009

RODA MASIH TETAP BERPUTAR


CERITA INI KUALAMI SAAT DUDUK DI SEMESTER 6 AWALTambah Video
(UNTUKMU PROTER 04)


SALAM HARMONI

Mentari mulai lelah hari ini tuk bersua dengan alam. Yah, senja telah tiba. Tapi, untungnya diskusi dengan teman-temanku belum tiba pada akhir. Kami masih terus melanjutkan perbincangan kami.
Aku tak habis pikir ada seorang teman pria ku yang mengatakan:
“Mau diapakan juga kalau dasarnya udah miskin Win, nanti juga akhirnya susah untuk sukses, kaya raya kalau orang tuanya ngga kaya!? Ngga ada modal!?”
Miris aku mendengarnya.
Semangat sudah NOL besar. Bisa saja kala itu aku membiarkannya bergumul dengan argumennya yang bagiku, mohon maaf ‘GILA’ dan memiliki mental yang ‘MISKIN’. Akan tetapi, aku tak sampai hati membiarkannya membenarkan segala pikiran dan sikap negatifnya itu.
Aku tersenyum dan memandang wajah teman baikku itu.
Dengan nada dalam tapi lembut aku menegurnya, “Apakah kau katakan itu dengan sadar temanku?”
Dia pun mulai menceritakan beban hidup keluargnya yang bertubi penuh kemalangan dan dia memastikan diri tak kan pernah keluar dari ruang penuh air mata dan kesusahan itu.

Aku pun mulai bercerita tentang kehidupanku:

Semua teman mungkin melihat aku berkecukupan materi dan penuh perhatian orang tua. Dengan cepat mereka simpulkan kelak aku tak usah susah-susah cari kerja untuk menjamin kehidupanku. Tinggal menengadah ke orang tua maka uang akan mengalir ke saku ku. Gaya ku yang terlihat santai dalam menjalani dan menyelesaikan suatu permasalahan terkadang dikaitkan dengan status ekonomi keluargaku.
Cap mereka telah jauh dari nyata sesungguhnya. Cap mereka tidak melalui analisa riil. Hanya dari sampul yang indah lalu mereka menganggap isinya pasti indah-indah saja.
Kuperhatikan teman-teman mulai menyimak dengan sungguh-sungguh maka aku meneruskan kembali kisahku. Kisahku yang tak pernah mereka duga sebelumnya.
Aku terlahir dari keluarga yang miskin materi tapi kaya hati. Setidaknya itulah analisaku dari melihat perjalanan hidup keluargaku. Awal perjalanan kasih mereka Bapak dan Ibuku hanya dapat mengontrak rumah berdinding semi semen (separuh anyaman rotan dan separuh lainnya semen), lantai tanah masih menjadi injakan mereka tiap hari. Saat hujan tiba, hati mereka was-was, apakah rumah kontrakan penampung tidur mereka dapat bertahan untuk berdiri tersenyum?.

TAPI KEPERCAYAAN BAHWA RODA SAMPAI KAPANPUN AKAN TERUS BERPUTAR MEMBUAT BAPAK DAN IBU TAK KENAL LELAH BERUSAHA MEMUTAR RODA TERSEBUT.

Saat Roda kempis maka segera di pompa, saat roda bocor maka segera ditambal. Pokoknya jika usaha dan memiliki keyakinan maka segala yang tak mungkin jadi mungkin. 22 Tahun penuh perjuangan. Pernah dalam seminngu aku dan keluargaku hanya makan mie instant. Pernah juga Bapakku rela tidak makan hari itu ketika aku dan adikku ingin makan di restoran siap saji yang menyediakan menu ayam goreng. Atau aku harus berjalan jauh untuk ke sekolah. Atau aku harus berjualan jepit rambut dan kue kecil di sekolah. Atau aku hanya akan menikmati baju baru saat lebaran tiba dan itu pun hanya di pasar tradisional saja. Ataukah hinaan dan cacian dari kanan kiri mengenai kemiskinan dari kami dulu. Perjuangan yang mungkin tak pernah terpikirkan teman-teman kalau aku pernah mengalaminya.
Aku tak mau sombong dan tak ada niat sombong. Hanya ingin membagi semangat untuk kalian. Lihatlah perjuangan pemuda miskin yaitu Bapakku, berjuang dari tanpa modal sepeserpun pada awal kehidupan kini memiliki 3 orang anak yang mampu mencari pendidikan setinggi mungkin, dan jika sukses masih kau pandang hanya materi maka lihatlah 25 rumah di lokasi yang berbeda dan tanah 5 Ha, 5 mobil yang semuanya diatas tahun 2004 terparkir di garasi ku atau mau lihat jumlah tabunganku selaku putri pertama dari keluargaku?

RODA SAMPAI KIAMATPUN PASTI AKAN TETAP BERPUTAR JIKA KITA MAU MENGUSAHAKANNYA. Saat Roda kempis maka segera di pompa, saat roda bocor maka segeralah ditambal

DAN KETIKA RODA ITU SUDAH BERHASIL BERGERAK SEDIKIT DEMI SEDIKIT, NIKMATI DAN JANGAN TERLENA. BERBAGILAH JANGAN KAU SIMPAN SENDIRI.

Tak terasa tangis mengucur dari mataku.

Bagaimana? Masih tidak mau memutar rodamu?


SALAM HARMONI
wina